Bismillaah..
dari sahabat seperjuangan ^^
Akhwat,
sebutan akrab untuk para muslimah. Akhwat secara bahasa Arab
bermakna saudara perempuan. Namun sudah ma’lum (diketahui) bahwa
’saudara’ yang dimaksud di sini adalah saudara seiman, sama-sama muslim.
Hal ini bukan tak berdasar,
karena Rasulullah SAW telah bersabda:
“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain” (HR. Muslim, no. 2564).
Sebagian orang menggunakan istilah akhwat untuk makna yang
lebih sempit. Ada yang menggunakan istilah akhwat khusus untuk muslimah aktivis dakwah, yang bukan aktivis dakwah bukan akhwat.
Ada juga yang memakai istilah akhwat khusus untuk muslimah yang
berjilbab lebar, yang berjilbab pendek bukan akhwat. Bahkan ada yang lebih
parah lagi, istilah akhwat hanya diperuntukkan bagi muslimah yang satu
‘aliran’, yang beda aliran bukan akhwat. Tentu saya lebih setuju makna
yang umum, bahwa setiap muslimah yang mentauhidkan Allah, adalah
seorang akhwat. Pun yang lebih dikenal banyak orang, akhwat adalah para
muslimah aktivis dakwah yang pada umumnya berjilbab lebar. Dan makna ini
yang kita pakai di dalam pembahasan berikut ini..
Demi Allah Yang Maha Mencintai Keindahan..
Sungguh
anggun para muslimah dengan hijab syar’i melambai diterpa angin,
memancarkan cahaya indah, buah keimanan yang mantap. Yaa,
ke-istiqomah-an seorang muslimah untuk menjaga aurat dengan jilbab syar’i merupakan cermin keimanannya, setidaknya dalam hal berpakaian.
Sungguh beruntung mereka yang telah menyadari bahwa Allah telah
memerintahkan para muslimah untuk berhijab syar’i, dan sungguh Allah tidak
akan memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya kecuali itu adalah
sebuah kebaikan.
Namun teramat disayangkan, ketika ada sebagian akhwat
dengan hijab syar’i belum menyadari esensi dari hijab yang dipakainya, untuk menjaga diri dari fitnah. Sebagian dari saudari kita ini menganggap hijab syar’i HANYA sekadar tuntutan berpakaian dari
syari’at, atau ada pula yang menganggapnya sebagai tuntutan mode,
supaya terlihat anggun, terlihat lebih cantik, keibuan, dll.. Na'udzubillah...
Akhirnya ditemukanlah tipe muslimah yang disebut akhwat genit, muslimah yang sudah berhijab syar’i, namun
tidak berusaha menjaga adab dan batasan pergaulan dengan lawan jenisnya. Akhwat ini tidak menjaga diri
dari hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah dari pergaulan laki-laki dan wanita yang melanggar
batas-batas syariat. Padahal seharusnya para akhwat mendakwahkan bagaimana cara bergaul yang syar’i tanpa harus terkesan kaku, jutek ataupun strict..
Mungkin saja
para akhwat genit ini belum tahu betapa mulianya tuntunan Islam dalam mengatur interaksi
dengan lawan jenis. Ketahuilah, Allah SWT telah mewajibkan umat
Islam laki-laki dan perempuan untuk berbuat baik dalam segala hal.
Rasulullah pun bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik atas segala sesuatu” (HR. Muslim)
Dan
memang benar bahwa Allah telah memerintahkan hamba-Nya mempererat
persaudaraan, ukhuwah sesama muslim, bersikap santun dan sopan. Namun, perlu diperhatikan juga, hal-hal baik tersebut akan berbeda
hukum dan akibatnya jika diterapkan kepada lawan jenis. Berkata manis,
santun, menyemangati, itu baik. Namun bila diterapkan kepada lawan
jenis, bisa bahaya. Menanyakan kabar kepada seorang kawan, itu baik.
Namun bila sang kawan itu lawan jenis, bisa bahaya. Sering memberi
nasehat, tausiyah kepada sahabat, itu baik. Namun jika dia lawan
jenis, bisa bahaya. Senyum dan menyapa saat berpapasan dengan teman,
itu baik. Namun jika ia lawan jenis, bisa bahaya.
Karena Allah SWT telah berfirman :
“Dan
katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menundukkan
pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara
kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh
mereka kecuali yang zahir daripadanya” (QS. An-Nur : 24)
Berbuat baik
memang diperintahkan, namun Allah juga memerintahkan untuk menjaga
pandangan dan pergaulan terhadap lawan jenis. Maka janganlah
mencampurkan hal-hal baik dengan sesuatu yang dilarang..
Ciri-ciri akhwat genit:
Berpakaian yang mengundang pandangan
Ia
memakai jilbab, namun jilbab dan busana muslimah yang
digunakannya dibuat sedemikian rupa agar menggoda pandangan para ikhwan, na'udzubillah..
Senang dilihat
Akhwat
genit senang sekali ketika dilihat dan jadi pusat perhatian para ikhwan. Maka ia pun
sering tampil di depan umum, sangat bersemangat mencari-cari perhatian ikhwan,
sering membuat sensasi-sensasi yang memancing perhatian ikhwan dan
suka berjalan melewati kerumunan ikhwan.
Kata-kata mesra yang ‘Islami’
Seringkali
akhwat genit melontarkan ‘kata-kata mesra’ kepada para ikhwan.
Tentu saja kata-kata mesranya berbeda dengan gaya orang pacaran, namun mereka menggunakan gaya bahasa Islami.
“Jazakalloh yach akhi”
“Akh, antum bisa aja dech”
“Pak, jangan sampai telat makan lho, sesungguhnya Allah menyukai hamba-Nya yang qowi”
“Kaifa haluka akhi, minta tausiah dunks…”
“Akh, besyok syuro jam 9, jangan mpe telat yupz..”
SMS tidak penting
Biasanya
akhwat genit banyak beraksi lewat SMS. Karena aman, tidak
ketahuan orang lain, bisa langsung dihapus. Ia sering SMS tidak penting,
menanyakan kabar, mengecek shalat malam sang ikhwan, mengecek shaum
sunnah, atau SMS hanya untuk mengatakan “Afwan…” atau “Jazakalloh”
Banyak becanda nggak penting
Akhwat
genit banyak becanda dengan para ikhwan. Mereka pun saling tertawa lepas
tanpa takut terkena fitnah hati. Betapa banyak fitnah hati, VMJ, yang
hanya berawal dari sebuah canda-mencandai.. Maka mari berhati-hati.
Tidak khawatir terjadi ikhtilat (campur baur ikhwan-akhwat)
Bisa jadi ada
saat dimana kita tidak bisa menghindari khalwat dan ikhtilat.
Namun seharusnya saat berada pada kondisi tersebut seorang mukmin yang
takut pada azab Allah sepatutnya memiliki rasa khawatir jika berlama-lama ada dalam kondisi itu. Bukan malah enjoy dan menikmatinya. Demikian si akhwat genit.
Saat terjadi ikhtilat akhwat genit tidak khawatir. Bukannya ingin
cepat-cepat keluar dari kondisi tersebut, akhwat genit malah
berusaha menikmatinya, berlama-lama, dan malah bercanda-ria dengan para ikhwan yang berada di sana.
Berbicara dengan nada mendayu
Berkata-kata dengan intonasi yang bernada mendayu, agak
mendesah, dengan gaya agak kekanak-kanakan, atau dengan gaya manja. Semua gaya bicara seperti ini dapat menimbulkan ‘bekas’ pada hati
laki-laki yang mendengarnya. Dan ketahuilah wahai muslimah, hal ini
dilarang oleh syariat. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Maka
janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan
jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan
yang ma‘ruf.” (Al Ahzab: 32)
Para ulama meng-qiyaskan ‘merendahkan
suara’ untuk semua gaya bicara yang juga dapat menimbulkan penyakit hati
pada lelaki yang mendengarnya.
Maka mari sama-sama kita perbaiki
diri. Kita tata lagi pergaulan kita dengan lawan jenis.
Karena inilah
yang telah diatur sedemikian rapi dalam syariat.
Dan tidaklah Allah memerintahkan
sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu kebaikan.
Dan tidaklah Allah
melarang sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu keburukan.
Dan
sesungguhnya Rasulullah SAW telah mewasiatkan kepada umatnya bahwa
fitnah (cobaan) terbesar bagi kaum laki-laki adalah cobaan syahwat,
yakni yang berasal dari wanita:
”Tidaklah ada fitnah
sepeninggalku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah
wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil
adalah disebabkan oleh wanita.” (HR. Muslim)