Senin, 07 Januari 2013

3 wasiat para ulama


..terinspirasi dari kajian Rumahku Syurgaku MQFM dengan narasumber Ummu Yusuf..

Dahulu kala para ulama terbiasa untuk saling menasehati dengan berkirim surat. Ada beberapa pesan yang patut kita ambil hikmahnya.

1. Barangsiapa yang memperbaiki amalan batin maka Allah akan memperbaiki keseluruhan amalan lahiriah.
Amalan batin di sini meliputi keikhlasan, tawakal, ridho, sabar serta syukur.
kenapa ini perlu diperhatikan? karena setiap harinya kita tak pernah lepas dari beragam ujian, beragam hal yang kembali menguji seberapa lurus, seberapa ikhlas kita bisa menjalaninya. kemudian mengenai tawakal bermakna kita sepenuhnya mengandalkan kuasa Allah, berpasrah diri atas segala pilihan yang Ia tetapkan tanpa mengabaikan untuk terus berikhtiar dengan cara-cara yang disukai Allah.

Lalu mengenai ridho, rela dan mau menerima sepenuh hati, mendahulukan husnudzan atas setiap hal yang terjadi dalam hidup, baik itu yang sesuai dengan harapan ataupun yang di luar prediksi. 

Sabar dan syukur terkesan sebagai amalan lahiriah namun ketika kita coba tengok kembali sejujurnya ini juga menyangkut kondisi hati kita, suasana batin kita dalam memilih sikap. Bisa saja ketika tak sabar dengan perilaku orang di sekitar maka lisan kita dengan mudahnya berucap kata-kata yang menyakiti, ataukah raut wajah kita menampakkan kekesalan.. itu semua dikendalikan oleh suasana hati kita..

Maka menjadi penting untuk memperbaiki amalan batin kita tatkala kita menginginkan Allah menuntun amalan-amalan lahiriah yang kita lakukan.


2. Barangsiapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah maka secara otomatis Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.
Ini bisa kita lakukan dengan memperbaiki lagi sholat kita, tilawah, shaum dan kewajiban-kewajiban lain yang mesti kita tunaikan. Seringkali ketika kita mengalami kejenuhan hubungan dengan teman, dengan orang-orang yang kita sayang maka terjadi konflik, menyulut masalah berkepanjangan.. lantas kita kebingungan mesti berbuat apa untuk memperbaiki kondisi itu, uniknya kita lebih sering mengandalkan ikhtiar manusiawi kita saja dan (tak sengaja) melupakan perbaikan hubungan dengan Allah. Padahal suatu keniscayaan bahwa hati setiap orang ada dalam genggaman Allah, maka amat mudah bagi Allah untuk mengubah keadaan, memperbaiki dan menautkan kembali hati 2 orang yang sempat terputus karena terlanda konflik yang tak kunjung usai.

Pernahkah kita merasa sulit memaafkan kesalahan orang? Jika iya, maka sungguh susahnya memaafkan kesalahan orang terjadi karena kita terlalu berlama-lama bermain pada sisi perasaan. Tak bisa dipungkiri ada rasa tak terima dengan perlakuan itu, ada rasa tersakiti dan dirugikan. Namun, cobalah untuk memaafkan, caranya dengan mengubah cara pandang kita, mengalihkan mind set kita dari yang semula merasa dirugikan menjadi diuntungkan. Bukankah Allah pernah menyatakan bahwa tidaklah seseorang merasa tersakiti oleh perilaku orang lain melainkan dari rasa sakit itulah Allah akan menggugurkan dosa-dosanya sekiranya orang yang tersakiti itu mau ikhlas dan tidak mengeluh atas kepedihan hatinya..? 

Jadii, tak perlulah berlama-lama menyimpan benci, cukuplah 3 hari saja jika memang perlu mendiamkan, perlu memberi waktu bagi sang teman agar berpikir sejenak atas tindakan kelirunya. Toh sebagai manusia ada kalanya juga kita pernah tak sengaja meyakiti perasaan teman kita bukan? Jadi tetap berlapang dada. Maafkan, karena Allah saja Maha Pengampun. Ketika seorang hamba datang bertaubat pada Allah dengan dosa sepenuh langit dan bumi Allah akan tetap mengampuni asalkan tak ada dosa syirik. Lantas sebagai hamba Allah yang penuh dosa apakah masih enggan untuk membuka pintu maaf bagi saudara kita..??


3. Barangsiapa beramal demi tujuan akhirat maka Allah akan cukupkan urusan dunianya.
Point ini bukan berarti kita asal-asalan dalam bekerja, dalam berusaha. Bukan. Namun, point ini menekankan bahwa boleh kita berusaha keras memenuhi kebutuhan-kebutuhan duniawi namun jangan pernah melupakan kebutuhan akhirat, jangan terlena dengan kesenangan yang semu.
karena tak kan lari gunung dikejar. Segala hal yang telah ditetapkan untuk kita, menjadi jatah kita maka diusahakan dengan cara apapun yang telah Ia tetapkan tak kan meleset, tak kan tertukar.

Ketika kita memprioritaskan tujuan akhirat atas setiap amalan duniawi yang kita kerjakan maka insyaAllah akan ada banyak kemudahan yang Allah sertakan. Ibaratnya dunia akan mendatangi kita tanpa kita harus bersusah payah mengejarnya..

Jagalah hak-hak Allah dengan menunaikan kewajiban maka Allah akan menjaga hak-hakmu, memperbaiki urusan-urusanmu, menjaga harta anak keturunanmu. 

Tadabbur QS Al-Kahfi 82 --> Allah menjaga harta anak yatim melalui kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa lantaran ayah dari kedua anak yatim itu adalah seorang yang sholeh.
    

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah berkunjung :)
silakan berbagi kesan, pesan & inspirasi Anda